Langsung ke konten utama

Unggulan

DEFINISI DAN JENIS-JENIS SISTEM KENDALI

       Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini sistem kendali manual maupun automatik memiliki peran yang sangat penting. Peranan sistem kendali automatik adalah paling menonjol dalam berbagai keperluan hajat manusia atau bangsa yang telah maju peradabannya. Contoh konkrit dapat kita temui pada pengendalian pesawat ruang angkasa, peluru kendali, sistem pengemudi pesawat, satelit, dan sebagainya. Sementara di industri diperlukan untuk pengendalian mesin-mesin produksi bidang manufaktur dan pengendalian proses seperti tekanan, temperatur, aliran, gesekan, kelembaban, dan sebagainya.      Kemajuan sistem kendali automatic dalam bentuk teori maupun praktik akan memberikan kemudahan dalam mendapatkan unjuk kerja sistem dinamik, mempertinggi kualitas, menurunkan biaya produksi dan penghematan energi. Tingkat kemajuan ini dicapai tidak secara tiba-tiba, melainkan melalui sejarah perkembangan yang cukup panjang. Tepatnya adalah sejak ditemukannya governor sentrifugal seb

Kasihan Ibuku (Bagian 3)

Siang ini aku berangkat agak cepat, ingin survey untuk bahan tulisanku. Di angkot aku bertemu dengan Nindar, keponakan Sari bekas muridku yang telah kuceritakan pada bagian kedua. Tampaknya dia pulang dari sekolah dan sendirian. Nindar tak lupa padaku.

“Assalamu’alaikum nek.”

“Wa’alaikum salam sayang. Kakek tidak menjemputmu?”

“Tidak nek, Nindar biasa sendiri kok, kapan itu sekalian belanja.”

“Oh begitu. Ehm … Nindar berani ya.”

“Awalnya takut juga nek, tetapi Nindar harus hemat. Kalau berangkat dan pulang sekolah harus diantar kakek kan pengeluarannya bertambah. Kasihan ibuku nek.”

“Ya sayang, kau benar. Nenek turut bangga padamu. Apakah kau sering berkunjung ke ibumu sayang?”

“Ibuku yang mengantar uang bulanan Nindar. Nindar ini kos lho di rumah kakek dan tante Sari.”

“Kos? Maksudmu apa?”

“Iya hehehe. Nindar ini dititipkan ke kakek dan tante Sari nek. Sebenarnya Nindar kasihan sama ibu, harus bekerja siang dan malam terus menerus. Ayahku tidak bekerja nek, yang bekerja hanya ibu.”

“Maafkan nenek sayang, nenek tak bermaksud untuk membuatmu sedih.”

“Kata kakek dan tante Sari, Nindar tidak boleh bersedih terus. Nindar harus belajar dengan tekun agar kelak bisa bekerja menggantikan ibu. Ibu tentu lelah sekali nek.”

“Iya sayang. Namun kalau ibumu itu ikhlas melakukannya karena ingin kau dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sukses, Insya Allah ibumu tak merasakan lelah.”

“Iya nek, Insya Allah begitu. Kita harus selalu bersyukur ya Nek. Hidup Nindar ini masih lebih baik dibanding anak-anak jalanan itu ya.”

Nindar menunjuk anak-anak yang berjalan dan ada yang nongkrong di pinggir jalan. mereka adalah pengemis cilik. Aku mengangguk-anggukkan kepala sambil melihat mereka.

“Nek, kata orang ayahku itu pemalas. Ayah anaknya orang kaya, suka berfoya-foya. Sekarang kakek dan nenek dari ayah sudah meninggal. Di rumah tidak ada pembantu. Ibu sebelum ke kantor ya membereskan rumah dulu termasuk masak. Pulangnya malam dan masih harus masak lagi, seterika dan lainnya. Sebenarnya ayahku sakit, tetapi terlalu manja. Ibuku tak mau hamil lagi, aku dititipkan kakek karena mungkin ibu khawatir aku akan meniru ayah, karena setiap hari suka teriak-teriak, suka menyuruh dan lainnya.”

“Ya ya kasihan ibumu. Eh sayang, rumahmu sudah dekat lho. Bersiap-siaplah.”

“Nenek sekarang ke rumahku ya, biar kakek ada temannya, barangkali kakek ingin cerita-cerita.”

“OK sayang.”

Kami berdua turun dari angkot dan berjalan kaki. Mereka berdua, kakek dan cucu senang sekali ketika aku berada di sana agak lama. Nindar pamit untuk mengerjakan PR, tinggal aku dengan kakeknya yang masih bercerita. Dari ceritanya, ternyata beliau ini dulu bukan pegawai negeri, bekerja di swasta. Karena sering sakit, maka gajinya tak cukup untuk keluarga. Beliau mempunyai 2 putri,  Sari dan Sara ibu Nindar. Istrinya harus mencari dana untuk kehidupan keluarga dan beliau keluar masuk rumah sakit. Akhirnya istrinya kecapekan dan terkena sakit lever yang amat parah, kemudian wafat. Ibu Sari sangat luar biasa, telah mengatur semua, meninggalkan dana untuk Sara, Sari, beliau dan cucunya. Begitulah ceritanya. Kulihat jam sudah waktunya aku harus pamit.

“Pak, saya pamit dulu, lain kali mampir lagi.”

“Oh iya bu, terima kasih banyak atas kesediaan ibu berkunjung ke sini, semoga ibu tidak bosan dengan kami.”

Ketika akan keluar, Nindar berteriak katanya semua PR sudah selesai dikerjakan. Di luar tampak Sari baru tiba dengan membawa belanjaan. Dia sedikit terkejut, aku berada di rumahnya tanpa memberitahu dia. Iya ya tadi aku kok tidak sms ke dia.

“Maaf bu saya tidak tahu kalau ibu ke sini.”

“Oh tidak apa-apa sayang, memang tadi tidak direncanakan. Ibu bertemu Nindar di angkot dan ibu ikut kesini. Sekarang ibu harus memberi les privat. Lain kali saja mampir lagi.”

“Iya bu, terima kasih.”

“Nek, sebentar nek, tunggu Nindar.”

“Ada apa sayang?”

“Nindar kan belum mengucapkan terima kasih pada nenek dan Nindar kan harus minta maaf karena kelamaan mengerjakan PR, jadinya nenek hanya ditemani kakek. Sedang maksud Nindar tadi, Nindar ingin duduk-duduk sama nenek.”

“Hehehe, Nindar tak perlu meminta maaf, Nindar kan harus belajar. Oh ya nenek yang meminta maaf karena sekarang harus memberi les privat.”

Dia mengangguk-angguk dan mencium tanganku. Sari juga mencium tanganku dan si kakek juga tampak ingin bersalaman denganku. Setelah bersalaman, aku berjalan menuju jalan besar dan naik angkot. Sambil memberi les, terpikir olehku cerita Nindar dan kakeknya. Kasihan ibu Sari almarhumah dan ibu Nindar. Malam harinya Sari sms minta didoakan, dia sedang melengkapi persyaratan untuk kuliah S-2 di Australia dan memintaku untuk membantu Sara, paling tidak memotivasinya.

To be continued –> Bagian 4.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer